Tentang 3 Jasa Laundry – Jasa laundry merupakan jasa yang umum dibutuhkan orang Indonesia. Kalau mau punya usaha, memulai jasa laundry bisa jadi pilihan jika sudah punya spot strategis.
Ketika kecil hingga remaja, rasanya jasa laundry cuma dipakai keluarga saya untuk baju-baju resmi seperti kebaya atau jas. Kini, sudah umum memakai jasa laundry untuk mencuci setrika kiloan.
Kini saya sebagai ibu rumah tangga memilih jasa laundry untuk membantu tugas cucian di rumah. Umumnya saya suka butuh bantuan mencuci handuk dan seprai. Juga untuk baju-baju berbahan katun yang agak menantang di setrika.
Sekarang-sekarang sih saya pakai jasa binatu kalau cucian rumah ngga kepegang. Sebelumnya saya rutin pakai jasa laundry per minggu. Sekarang saya lebih memilih mencuci setrika sendiri jika memungkinkan. Nah alasannya lebih baik laundry sendiri saya ceritakan di bawah. Sebelumnya mohon maaf, cerita di tulisan ini sekedar menceritakan uneg-uneg saya saja soal jasa binatu yang saya baru-baru gunakan. Ini dia :
Jasa Laundry Di Tikungan
Suatu ketika saya mendapati cucian saya ‘menggunung’. Momen ini ketika anak dan suami saya kebetulan sakit. Tapi saya ngga bisa mendatangi binatu karena banyak yang harus dikerjakan di rumah. Belum lagi si kecil yang lagi needy karena sedang gak fit.
Tapi saya sudah mengantongi nomor telepon jasa binatu terdekat di rumah. Kebetulan saya pernah laundry gorden disitu dan menyimpan bonnya. Katanya waktu itu dia bisa menjemput laundry.
Namun ketika saya menghubungi di aplikasi WhatsApp, cuma dibaca saja. Saya bingung. Sudah dua kali kejadian demikian. Lama-lama, anak dan suami sudah membaik dan saya akhirnya mencuci sendiri PR cucian.
Agak sebal dengan kejadian ini tapi butuh. Akhirnya saya mendatangi juga jasa binatu di tikungan jalan dekat rumah itu. Owner-nya yang melayani, seorang perempuan yang ternyata…baru menjanda.
Usut punya usut, tadinya jasa tersebut ditangani suaminya. Namun suami sudah jadi almarhum 2 bulan terakhir waktu saya datangi lagi. Ia menjelaskan bingung menjawab chat saya mengenai menjemput laundry karena biasanya ditangani suaminya.
Di cabang laundry itu pun sudah tidak ada karyawan lelaki yang bisa dimintai tolong jemput cucian. Semua ditugaskan di cabang satunya lagi.
Saya ngga jadi marah. Malah mikir ya sudah saya jadi langganan saja.
Lama-lama lumayan akrab juga karena ia sering mengajak ngobrol ramah. Juga kira-kira umuran kami sepantar. Jasa ini juga ngga hitungan menghitung cucian dan ngga mempermasalahkan kembalian beberapa ribu (namun baiknya sih jangan lupa atau disengajakan ga dihitung ya).
Namun sayangnya saya harus pindah. Kadang saya masih suka memperhatikan WA story nya mengenai kehilangan dan rindu almarhum suami atau video kajian dari TikTok.
Jasa Laundry Kenalan Dari Googling
Begitu pindah rumah awal tahun, saya sangat butuh jasa binatu. Mana mungkin mikirin setrika baju sementara rumah masih berdebu dan barang masih belum semua settle.
Ada rekomendasi jasa binatu dari keluarga, sebenarnya agak jauh dari rumah. Makanya dia baru bisa jemput sore-sore. Bahkan ngga datang kalau lagi sibuk atau libur.
Agak gimana dengan keterlambatan dan keabsenan ini karena sebagai pelanggan merasa diacuhkan. Apalagi cucian kalau ngga diurus jadi membludak.
Begitu rumah sudah lumayan rapi, saya pun mulai mencari jasa binatu dekat rumah dengan modal googling saja. Ternyata ada jasa binatu di jalan yang sama, cuma berbeda angka romawi saja.
Cepat pula ia merespon. Begitu dihubungi chat, sejam dua jam langsung di pick up. Bayar juga bisa pakai QRIS. Ketahuan juga presentase progresnya melalui link yang ia kasih. Laundry hasilnya juga wangi sangat.
Awalnya sih ngga masalah. Malah ia punya diskonan berbeda kategori per hari. Tapi pada dasarnya saya cuma butuh cepat, bersih dan amanah saja.
Namun lama-lama, beberapa kategori baju mulai dihitung satuan. Yang tadinya digabung ke kiloan jadi dihitung satuan. Misalnya seperti handuk dan sprei.
Ya kalau keduanya sih saya maklum dari berat dan lebarnya. Tapi sarung bantal sempat dihitung satunya Rp 10.000. Jadinya seluruh sarung bantal Rp 40.000 dan sepreinya saja Rp 25.000. Ganjil ngga sih atau saya aja yang hitungan?
Saya protes kok dihitung satuan gitu. Akhirnya dia mengalah dan beralasan sarung bantalnya bisa digabung karena “ngga gampang luntur”.
Ternyata saya dapat saran bahwa ngga usah laundry sarung bantal. Karena rawan hilang. Tapi tetep saja saya kesal kok ya satu sarung bantal dihitung sepuluh ribu??
Laundry berikutnya dia mentotalkan 2 sarung bantal dan 2 sarung guling sepuluh ribu. Disitu sih saya sebenarnya sudah agak malas mau laundry disitu. Karena berubah-rubah harganya.
Fix-nya jadi piye?? Takutnya ada “kejutan” lagi habis drop laundry. Saya jadi ‘trauma’ mau diambil lagi cuciannya dan ditotalkan berapa. Karena saya biasanya perhitungkan pengeluarannya berapa. Namun sering kali jadi over budget.
Beberapa minggu lewat ngga pernah drop laundry lagi. Dia akhirnya bertanya di WA apa tidak ada laundry lagi. Saya jawab tidak ada. Or should I say, “Ngga deh!!”
Sering deh ada godaan mau menghubungi dia lagi. Tapi kok ada perasaan ngga ridha. Mendingan saya nyuci sendiri. Daripada dijadikan ‘main-main’.
Jasa Laundry Keluarga
Literally jasa laundry yang dikerjakan oleh 1 keluarga. Awalnya saya cuma melintas depan rukonya. Rasanya dia juga baru buka. Namun saya suka lupa disana ada jasa laundry dan kadang juga dia nggak buka ketika saya lewat.
Karena ogah mengambil jasa laundry sebelumnya tadi, saya akhirnya mencoba jasa laundry keluarga ini. Ngga ngeh juga kalau yang menjalankan sekeluarga sampai saya akhirnya menghampiri.
Begitu saya mendekati tempatnya, seorang Ibu yang lagi menggendong bayi di depan masuk ke bagian penerimaan laundry. Ia menegur seorang bapak yang tampaknya adalah suaminya karena sedang makan dan piringnya ada di atas timbangan baju. Si bapak malah menawarkan ke saya apa mau ikut makan. Si ibu menerima laundry saya sambil mendata apa saja dan meminta si bapak menuliskan di bon.
Melihat ke samping kiri saya agak kaget melihat seorang perempuan remaja sedang menyetrika. Tampaknya anak perempuan ini juga anak pasangan yang mendata laundry saya. Si sulung, tepatnya.
Kok ya semuda ini ikutan usaha keluarga ini. Saya sempat mikir kapan ia belajarnya kalau full time menyetrika disini (lah bukan urusan saya, siapa tahu udah selesai sekolah waktu itu). Ia juga turut mengambil secarik bon dari bapaknya untuk mengkoreksi kesalahan penghitungan.
Begitu menerima bonnya saya agak bengong karena… murah banget! Saya sampai menyodorkan balik dan bertanya apa ada kesalahan hitung. Entah apa saya kebiasaan sama si jasa laundry yang “penuh kejutan” sebelumnya jadi gak biasa melihat bon laundry terjangkau.
Ternyata tidak ada kesalahan dari hitungan laundry. Namun tidak ada servis laundry besok selesai atau beberapa jam selesai. Cuma ada servis reguler. Saya perhatikan memang rak laundry-nya penuh sekali.
Ternyata saya melirik sekilas bahwa jasa laundry keluarga ini.. hemm. Beberapa kali saya melintas dan melihat jemuran laundry mereka ada di depan ruko. Masalahnya, depan si jemuran itu dekat dengan jalanan yang sering dilintasi mobil.
Saya jadi mikir-mikir lagi deh mau drop laundry disini, walaupun murah.
Jasa Laundry “Amanah”
Sebenarnya saya suka jasa binatu rekomendasi keluarga. Kenapa? Karena ia termasuk murah, menggratiskan laundry alat ibadah shalat dan drop laundry selesai ngga nunggu dibayar dulu.
Eh saya bukan nyari gratisan dan mau cari celah ga bayar. Tapi saya salut aja sih kepercayaan dia sama pelanggan. Juga insya Allah cara dia cari berkah dalam mencari rejeki dengan memberi gratis cuci alat ibadah.
Biaya mencuci satuan pun ngga mahal ya. Juga diperhitungkan besar dan kecilnya baju, ada perbedaan harga. Ini poin yang oke banget. Karena selain jujur, juga adil. Insya Allah mungkin meniru adab Rasulullah dalam berdagang.
Sayangnya mungkin karena agak jauh dan kurang orang, dia agak lama mengambil cucian. Suatu ketika saya meminta ia menjemput laundry di hari libur umum dan kebetulan daerah sekitar rumah sedang macet dan padat. Ia telat merespon dan ternyata ketika ia datang saya sedang mengajak si kecil tidur.
Saya sama sekali tidak mendengar ia mengetuk pintu dan tidak ada satpam. Sehingga ia pulang lagi. Waktu itu saya kecewa soalnya saya udah nunggu seharian.
Cukup lama sampai baru-baru ini saya menghubunginya lagi. Ini karena kepepet dan ngga ada lagi jasa laundry yang saya percaya.
Oh ya. Yang suka ngambil laundry itu bukan bawahan juga sepertinya. Melainkan seorang ibu-ibu yang sepertinya seumuran saya, terlihat terawat dan educated. Suatu kali dia pernah sambil bawa anaknya (mungkin sekalian sambil jemput pulang sekolah). Dugaan saya dia memang owner-nya atau suaminya yang punya usaha laundry.
Mengingat jarak laundry ini sebenarnya ngga deket-deket amat saya rumah saya, saya jadi tambah salut deh. Menjemput rejeki sampai begitu. Jadi ngga enak kalau drop laundry “ngga seberapa”.
Belakangan, saya jadi ragu-ragu memanggil jasa laundry amanah ini karena ada testimoni bahwa mukena yang dicuci jadi rusak kena pemutih. Duh, saya jadi mikir-mikir deh…
Kesimpulan
Semingguan ini saya memilih untuk mencuci sendiri semua cucian baju di rumah. Entah kenapa kok malas sekali menghubungi jasa laundry yang manapun. Mungkin ngga ada jasa laundry yang sempurna.
Nah itulah, sejujurnya ngga ada yang sempurna selain dari Yang Maha Kuasa. Kok ya saya cerewet banget ya? Ya memang saya pelanggan. Tentu saya khawatir memberikan cucian baju keluarga saya. Beda dengan baju-baju saya sendiri mungkin ngga begitu kepikiran.
Namun ujung-ujungnya sih mereka menawarkan jasa dari pekerjaan yang kita butuh bantuan. Sangat mungkin ada human error meskipun mereka nggak mau ada kesalahan sekalipun. Yang penting sih amanah aja, ya kan? In the end, semua balik lagi deh ke pilihan kita sendiri.
Terima kasih sudah membaca. Kamu punya pengalaman berkesan nggak soal jasa binatu?
Mencuci dan setrika memang pekerjaan yg malesin sih . Aku bersyukur ada asisten yg memang tugasnya mencuci dan setrika. Tapiiii saat dia lagi mudik, mulai deh aku yg repot cari laundry . Untungnya di sekitar rumahku banyak juga laundry begini mba, dan so far blm ada drama.
Cuma aku pernah ada pengalaman laundry yg nyebelin. Pas di solo beberapa tahun lalu, H-1 sebelum balik jkt kami cari laundry. Supaya ga bawa terlalu banyak baju kotor. Mungkin krn suasana lebaran, jd ga banyak yg buka. Mau pake patokan gugel pun susah, krn itu tadi ternyata banyak yg msh tutup lebaran.
Akhirnya nemu 1, yg jujur aja kami ga inget lokasinya. Nemu kebetulan doang. Namanya apa pun ga tahu. Dia mau trima yg express, kami bilang bakal ambil besok pagi sebelum balik jkt.
Ternyata besoknya blm selesai. Mau ga mau kami tungguin di deket kafe situ. Sktr jam 12 baru selesai. Ada 2 bungkusan besar. Kami trima , ga pake cek.
Sampe jkt, itu baju ttp blm aku buka. Toh msh ada baju bersih kan. Barulah bbrp hari kemudian pas aku buka, dan kaget karena 1 bungkusan bukan baju2 ku, suami dan anak2. Ntahlah itu baju siapa .
Ya allah kayak mana coba mau balikin. Yg pertama kami ga tau nama laundrynya, krn ga ada plang nama. Dan kwitansi ga kami ambil pas datang. Mereka pun ga catat no telp ku waktu itu.
Aku ga mungkin ke Solo cuma utk balikin begitu.
Akhirnya pasrah aja. Mereka juga ga teliti. Aku ga kebayang owner baju2 itu bakal gimana . Baju2 ju sendiri yg kemarin di laundry ada, cuma nambah ama baju ga dikenal