Hikmah Makan Asinan Betawi – Setelah beberapa lama membuat blog ini dan kemudian memutuskan ikut blog challenge di bulan Ramadan, ada kalanya saya clueless mau menulis apa. So far sih saya berhasil posting setiap 2 hari di Ramadan 2023. Namun sebenarnya saya tetap newbie dalam dunia healthy food dan kesehatan tubuh. Di saat yang sama, saya pun manfaatkan tantangan blogging untuk blog ini lebih banyak konten.
Saya belajar hal baru karena memutuskan untuk lebih aware dengan apa yang saya konsumsi. Padahal saya mulai mengenal istilah mindful eating kira-kira 3 tahun lalu. Tapi baru akhir-akhir ini saya sering menerapkannya.
Nah karena baru belajar ini saya jadi ngga tahu mau menulis apa. Karena ranah ini adalah ranah baru. So I learn as I go.
Kuduuu Buka Puasa Asinan Betawi
Yang saya tahu.. hari ini saya mestiii buka puasa dengan asinan Betawi. Kenapa sih?
Ya, asinan betawi adalah cemilan daerah Betawi yang dipenuhi sayuran dengan kuah saus kacang serta kuah manis pedas yang nagih. Saya baru ‘kenal’ cemilan ini mungkin 3 tahun lalu juga karena suami membelikan. Awalnya sih aneh karena biasanya berbuka puasa dengan makanan manis. Tapi ini kok sayuran dan ada kuah pedasnya (waktu itu saya benar-benar menghindari makan pedas)?
Tapi kini saya pikir asinan betawi is one-stop solution buat buka puasa menyehatkan, praktis dan murah. Namun dari kemarin saya baru ngeh kalau bulan ini di minggu ke 3 saya belum sama sekali makan Asinan Betawi sebagai menu buka puasa sehat, walau saya sudah cantumkan di meal planner Ramadan yang saya buat. Sebenarnya sih menu planner ini ngga selalu saya ikuti, tapi seharusnya kalau menu ini praktis dan sehat ya sudah saya santap lebih cepat. Tapi itulah, kenyataan berkata beda.
Plus saya harus banget makan asinan betawi sebelum hari “H” atau haid datang. Valid reasons ngga?
Btw mungkin ada yang belum tahu tentang asinan betawi. Ini deskripsinya:
“(Asinan Betawi adalah) Asinan sayuran orang Betawi dari Jakarta. Berbagai jenis sayuran yang diasinkan dan diawetkan seperti sawi, kubis, taoge, tahu, selada yang disajikan dalam bumbu kacang yang dicampur cuka dan cabai, ditaburi kacang goreng dan kerupuk (khususnya kerupuk mi)”
Asinan Betawi di Wikipedia
Ternyata di bulan puasa, Asinan Betawi juga termasuk makanan berbuka puasa yang laris dibeli lho. Jadinya ngga cuma saya aja yang kepengen.
Renungan Setelah Makan Asinan Betawi
Saya bersemangat dan membuat target untuk makan lebih sehat sampai bikin blog ini. Tapi di tengah-tengah kondisi perut mulas paska makan dengan saus yang mungkin terlalu pedas, saya tersadar betapa acuhnya saya pada badan saya sendiri.
Meminjam istilah Mbak Nadya Hutagalung, tubuh ibaratnya adalah sebuah temple. You are really what you eat. Apa yang kau masukkan ke tubuhmu benar-benar berpengaruh ke seluruh tubuh. If you put junk in it, then your body is like junk can (?). Ya mbak NH ini vegetarian tapi saya memilih ngga vegetarian karena God purposely create meat also for humans (surat… ). Tapi kutipannya membekas di hati.
Sering kali kita makan menuruti nafsu makan dan menantikan sensasinya di lidah. Mungkin makan cuma karena “iseng” atau menutupi perasaan negatif. Tapi lalu lupa tubuh punya batasan dan butuh keseimbangan. Disini nasihat “semua yang berlebihan itu tidak baik” tetap berlaku. Hal ini juga disebutkan dalam Al-Qur’an:
“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”
Surat Al Araf ayat 31
Bercermin Dari Ibu
Ibu saya walau sudah masuk kepala 7 masih semangat olahraga. Ada kalanya ketika lebih muda, dia nyupir ke bagian kota lain cuma demi senam sama-sama teman sekantornya. Saya dulu mikir kok dibela-belain banget (karena lumayan jauh nyetirnya)?. Mungkin karena disitulah ranahnya mendapat suntikan semangat. Kalau saya kini cukup ‘ketularan’ dari Mbak Leslie Sansone dan krunya.
Saya tahu Ibu saya semangat olahraga dan beraktivitas juga demi keluarga. Bentuk investasi di masa depan. Dan sayapun harus juga demikian. Tak melulu ‘lemah’ dengan lezatnya rupa dan rasa makanan.
Sekarang saya ngga mau skip olahraga karena nyandu perasaan setelah olahraga. Mungkin kalau ditambah olahraga sama teman-teman, happy nya beda ya.
Sekarang Allah beri saya ‘mulas-mulas’ agar perut saya ‘bersih’. Mirip ketika dulu saya pertama kali coba jus untuk melancarkan pencernaan, wah kayanya jauh lebih ‘wow’ rasanya waktu itu.
Alhamdulillah di usia sekarang saya diberi kesadaran untuk hidup lebih sehat. Saya cuma berdoa dan ingin agar tetap terus sadar hingga seterusnya.
Penutup
Btw kenapa saya sampai mulas-mulas, saya agak bingung. Sebelumnya ngga sampai gitu lho. Saya menduga itu karena saus pedasnya tertukar dengan punya suami yang harusnya memang pedas. Makasih ya sudah membaca tulisan/renungan saya ini. Many thanks and stay healthy too!
Pingback: Ramadan 2023 Vs Ramadan 2024 - Sunglow and Me