SHD#14 : ‘Battling’ di Bulan Ramadan

SHD#14 : ‘Battling‘ di Bulan Ramadan : Tak terasa ya, bulan Ramadan 2024 sudah masuk 10 hari terakhir. Saya ajakah yang merasa kalau kok bulan ini berlalu cepat banget? Mungkin karena kepadatan to-do-list saya dan mengurus segala sesuatunya membuat saya lupa bahwa waktu terus berjalan. Yang jelas, hari-hari terakhir di bulan Ramadan tidak bisa disia-siakan.

Karena Ramadan cuma setahun sekali, if not kita harus menanti 11 bulan lagi ke depan. Saya pernah merasakan bulan Ramadan cuma disibukkan dengan aktivitas duniawi dan rasanya sia-sia juga buang-buang waktu. Nggak mau lagi seperti itu.

Nah ini beberapa hal yang mungkin buat saya tak sadar bahwa waktu terus berputar:

‘Tumbang’ Sakit Saya dan Si Kecil

Si kecil sakit batuk dan radang tenggorokan. Padahal dia baru saja beberapa hari bisa puasa penuh seharian. Mungkin tubuhnya sedang beradaptasi dengan jam puasa dan adanya virus bertebaran. Anak saya juga cukup pemilih dalam memakan sehingga pas buka puasa dia ngga semerta-merta makan yang saya anjurkan makan. 

Beberapa hari si kecil batuk, sepertinya virusnya ikut masuk ke saya. Tenggorokan saya sakit dan badan saya ngilu-ngilu. Sebenarnya awal puasa saya juga sempat ngga fit tapi berbarengan dengan datangnya haid. Sehingga ngga tertantang jam puasa.

Ketika tenggorokan sakit, saya berupaya keras agar nggak bolong puasa. Minum banyak air putih, minum air serai dan jahe dan minum obat herbal. Alhamdulillah saya ngga terganggu banget dengan sakitnya tenggorokan saat puasa. 

Dinilai Terlalu Banyak Olahraga

Ketika saya sedang haid, saya coba curi waktu olahraga. Sesekali juga saat berpuasa. Lucunya kemarin habis olahraga, status workout saya di aplikasi saya dinilai kebanyakan olahraga

Entah si app menilai ini darimana. Apakah karena kadang saya nggak pakai waktu tidur dan beraktivitas karena habis kena air. Atau ketika saya beberes rumah dihitung juga olahraga? Atau memang heart rate saya terlalu tinggi? 

Memang ketika saya cek status workout itu, sebelumnya saya beberes rumah. Mungkin saya harusnya istirahat dulu sebelum olahraga. Rasanya sih sudah ya. 

Jurus Masak Ringkas 2024

Jujur sebelum puasa, saya agak khawatir bakal repot masak dan kecapean. Mungkin saya salah karena sudah berprasangka negatif di bulan yang suci ini. Ternyata saya menemukan jurus baru sih yang bisa diaplikasikan tahun depan, insya Allah.

Jurus itu adalah membeli makanan beku dan paket masak. Makanan beku tak melulu diperuntukkan menu berat untuk makan malam atau sahur. Tapi juga untuk buka puasa. 

Frozen food seperti kebab, fried snack atau yang ready-to-heat seperti bakpao bisa jadi pilihan yang memudahkan untuk dimasak. Maupun menggunakan roti tawar yang bisa dimasak fleksibel, menu manis atau savory. Saya juga beli puff pastry tapi belum sukses menggunakannya nih. 

Membeli paket masak juga memudahkan sekali agar masak lebih ringkas. Kemarin misalnya, karena di tukang sayur nggak ada wortel untuk bikin sayur sop, saya kepepet beli paket masak sayur sop di toko online. Di luar dugaan, di paket itu wortel sudah dipotong-potong, bawang dan daun bawang sudah dikupas bersih. 

Beberapa kali saya juga sudah food prepping di jam makan malam agar saat sahur tinggal masak cemplang-cemplung ke wajan saja. Namun ini juga harus diperhatikan jam istirahat saya agar tidak berlebihan beraktivitas.

The Coffee Addict di Bulan Puasa

Di tulisan SDH#13 saya ngga menyebutkan bahwa saya masih craving kopi. Awal puasa khususnya, saya masih mikirin kopi ketika terik siang hari. Saya menahan keras minum kopi ketika haid karena tak ingin periode menstruasi berjalan lebih lama dari seharusnya. 

Saya baca bahwa untuk menalangi kecanduan kopi ini, kita bisa minum kopi 1-2 jam setelah buka puasa dan tidak boleh lebih dari jam 8 malam. Ini demi mencegah kita jadi begadang dan tidak ngantuk di jam yang harusnya kita tidur. 

Lumayan juga menaikkan mood saya sih mencoba minum kopi jam segini. Ketika di jam 7 biasanya saya ngantuk parah, begah karena makan agak banyak, minum es kopi menawar semua itu. Memang, rasanya waktu tidur saya jadi sedikit lebih malam. 

Ketika di hari yang mendung dan mungkin karena saya juga sedang sakit, keinginan minum kopi sih tidak datang. Saya pikir ini efek puasa sudah detoksifikasi kafein di tubuh saya. Tapi kok saat cuaca panas kemarin, keinginan minum kopi timbul lagi. Mungkin cuma keinginan semata. 

Masih Suka Di Rumah Saja

Sejauh ini saya lebih prefer buka puasa di rumah. Ada sih keinginan jalan keluar, tapi tidak ketika di jam berbuka puasa dan shalat magrib. 

Sepertinya tradisi ramadan di berbagai daerah di Indonesia, buka puasa bersama adalah hal yang biasa. Untuk bukber sekedar bersama keluarga sih masih ada sesekali. 

Kalau berpikir haruslah duduk sejam sebelum buka puasa demi mengamankan kursi di restoran yang akan penuh, rasanya malas keluar rumah. Tapi mungkin bisa untuk jam makan malam, usai ibadah shalat maghrib. 

Nah tapi kini sudah masuk 10 hari terakhir Ramadan. Harusnya kita lebih fokus beribadah sih dan tak berlama-lama berjalan di luar kalau tidak berfaedah. 

Penutup

Alhamdulillah, saya masih diberi semangat dan motivasi ibadah dan berkegiatan. Bagaimana dengan dirimu? Semoga masih semangat juga ya.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *