Gaya Hidup Umur 20an, 40an dan Kelak Usia Lanjut – Awal tahun 2024 ini umur saya akhirnya masuk ke jenjang kepala 4. Karena banyaknya hal yang terjadi awal tahun, saya tidak sempat benar-benar duduk dan menyelami perasaan ‘wah saya udah umur 40 tahun!’. Apa yang berubah? Selain dari fisik dan kematangan hati (cie, insya Allah hihi) ya gitu-gitu aja.
2 hari lalu saya sempat ketemu reels di platform sosmed biru yang memperlihatkan hal-hal yang membuat wanita berumur 40 tahun bahagia. Mungkin kalau kalangan lain lihat tayangan pendek itu, kesannya receh banget sih. Tapi saya lalu berkaca ke diri sendiri apa saya juga begitu, eh iya juga ya.
Misalnya, wanita di reels itu senang karena bisa akhirnya tidur di tempat tidur untuk istirahat, juga menemukan benda-benda kebutuhan rumah dijual dengan harga miring (kalau ini sih mungkin tergantung isi dompet juga ya). Setelah saya lihat lagi, di reels itu sepertinya cocok untuk wanita yang suka mengurus rumah.
Kemudian pagi ini saya terpikir untuk membandingkan gaya hidup saya di umur 20an dan 40an. Baru beberapa segmen saja sudah banyak juga perubahannya! Maaf saya nggak memasukkan umur 30an biar kerasa sekali kontrasnya. Lagipula, umur 30an itu umur transisi setelah saya menikah. Here goes perbedaannya:
Beda Umur 20an dan Awal 40an
Umur 20an | Umur Awal 40an | |
Pola Makan | Makan apa saja yang sedang diinginkan atau menu makanan yang ada di rumah. Buah dan sayur agak dituntut Ibu supaya makan. Nggak mikirin asupan minum air putih. Nggak suka makanan yang terlalu manis atau pedas | Saat ini makan ngikut menu makanan untuk rumah tapi porsi nasi ditakar. Berusaha sekali makan buah dan sayur sebelum makan berat. Memperhatikan asupan minum air putih. |
Jam Tidur | Tidur suka tengah malam atau paling pagi tidur jam 11. Pernah kerja shift malam, tidur jam 1-2 pagi dan bangun jam 9 | Terkadang tidur tengah malam, namun berharap konsisten tidur jam 10an. Namun sering ikut bablas tidur ketika memastikan anak masuk jam tidur. |
Olahraga | Apakah jalan kaki naik jembatan penyeberangan dan halte busway termasuk olahraga? Menuju akhir 20an baru berasa otot-otor ngilu dan sempat olahraga jalan kaki saat weekend | Umur 39 tahun baru mulai serius mau olahraga rutin walau di rumah aja. Kini, selalu mengusahakan olahraga lebih kepada stamina dan agar tak gampang capek |
Kebiasaan Berbenah | Minimal ngga ninggalin makanan di kamar tidur dan ngga ninggalin sampah lama-lama. | Ngga betah lihat sampah dianggurin, lantai banyak remah dan objek seperti debu dan sebagainya. Daerah dapur terutama di meja dan kompor dibersihkan secara berkala menghindari didatangi binatang. Sampah dapur harus dibuang tiap malam. |
Kebiasaan Masak | Masak sederhana untuk diri sendiri. Bagian masak nasi hampir tiap hari. Tapi jadi sesi hias kalau ada project buat kue kering jelang lebaran, hihi. | Berusaha selalu masak sendiri. Food prep tipis seperti blender cabai dan potongan daun bawang. Sering masak yang simple tapi demi variasi menu jadi masak yang lumayan. |
Self-Care | Nggak begitu aware dengan perawatan wajah dan tubuh selain pembersih wajah dan body scrub. Make-up juga minim. Ke salon seringnya untuk potong rambut, perawatan lain karena diajak teman-teman. | Memperhatikan rutinitas skincare sejak usia 30an. Mulai sadar efek penuaan. Tapi masih nggak suka pakai make up kecuali ada acara nikahan. Memilih perawatan di rumah aja. |
Belanja | Cuma belanja kebutuhan self-care, kewanitaan dan makanan snack. Masa 20an agak konsumtif beli baju dan buku. | Belanja kebutuhan rumah sendiri. Belanja lainnya mikirin budget dan keperluan. Selain dari memikirkan sampah, memikirkan ruang penyimpanan juga takut mubazir. |
Buat yang malas baca detil di atas, bisa disimpulkan kalau di umur 20an saya agak cuek dalam pola makan dan perawatan diri. Ketika umur 40an, barulah saya berasa bahwa apapun yang saya konsumsi dan treat ke badan itu berpengaruh. Berat badan gampang naik kalau saya sembarangan makan dan badan gampang capek kala ngga olahhraga.
What About Ketika Usia Lanjut?
Jujur kalau nggak ada tantangan blogging Mamah Gajah Ngeblog mengenai Hari Tua, saya ngga akan terlalu mikirin ke sini. Walau saya jadi memikirkan lebih banyak tentang bagaimana atau hal-hal apa saja yang saya bisa lakukan di umur 50an ke atas. Katanya berusia lanjut itu di taraf umur 60 tahun ke atas. Kemungkinan di usia 50 tahunan saya akan tetap menjalani gaya hidup seperti di umur 40an. Tapi bagaimana setelah umur 60 tahun ke atas?
Tetap Produktif
Saya ingin tetap produktif di usia lanjut. Duduk-duduk saja dan pasrah dengan keadaan adalah hal yang saya sangat hindari. Umur memang hanyalah angka, tapi mindset harus tetap segar, diisi dan di-boost. Entahlah apa saya terlalu bersemangat tapi positive thinking itu perlu bukan?
Misalnya banyak membaca, banyak melihat referensi, tak lupa tetap selalu berolahraga dan juga belajar. Memberi makan otak itu perlu dengan belajar. Oh ya, memperbanyak baca Al Qur’an insya Allah. Memperbanyak melakukan kebaikan juga.
Ada beberapa mamah yang terlihat tetap ‘lincah’ di masa senior seperti Teh Dewi dan Teh Hani yang masih aktif ngeblog. Saya ingin tetap begitu dari sisi kreativitas dan berekspresi. Juga aktif dalam hobby. Tidak terlalu membatasi diri juga dengan kalangan muda alias fleksibel dengan caranya, adalah salah satu cara juga agar hidup bahagia.
Silaturahmi dan Berkomunitas
Di usia senior juga lebih positif untuk banyak silaturahmi dengan kalangan dengan pengaruh positif. Salah satunya dengan berkomunitas.
Misalnya juga seperti Ibu saya di usia 70 tahunan (hampir 80 tahun) yang masih suka jalan-jalan bersama teman-teman dan saudaranya sesekali. Menurut saya ini sebuah hal yang baik karena dengan berjalan-jalan dan menghabiskan waktu dengan sahabat mempererat ikatan dan di saat yang sama mencari pengalaman baru.
Sangat penting untuk tetap bersosialisasi dan merasakan vibrasi dan energi dari orang-orang yang insya Allah sevisi dan punya value yang sama dengan kita.
Open Minded dan Komunikasi Pintar
Oh ya, menurut saya cukup penting untuk menjaga hubungan dengan keluarga. Khususnya anak-anak sendiri dan keluarga kandung. Entah kenapa saya sering mendapati karakter orang yang lebih senior memiliki sifat keras dan saklek sehingga membuat hubungannya dengan anak-anak dan saudara jadi renggang. Dan bahkan putus hubungan (naudzubillah min dzalik).
Meskipun memang membutuhkan dua pihak yang berusaha menjaga hubungan tetap baik, yang muda harus sopan dan tahu adab. Dan kita yang berusia lebih tua lebih open minded dan berusaha mengikuti zaman. Kemudian lebih bisa mengkomunikasikan sesuatu yang tidak menyinggung pihak lainnya. Konteksnya memang sih agak lebar. Karena ada hal-hal yang non negotiable seperti agama dan fitrah manusia.
Well, kita juga harus membatasi diri dari orang-orang yang toxic. Tapi sebaiknya untuk ke orang-orang yang berharga untuk kita agar lebih ekstra dijaga hubungan baiknya. Ini untuk ‘investasi’ masa depan dari sisi kekerabatan dan kekeluargaan.
Self-Care dengan Gaya Hidup Sehat
Mengingat saya juga ngga segitunya sama peralatan rias dan mungkin akan terus memakai produk skincare jika masih bisa, tapi sepertinya yang lebih penting cara merawat diri di usia lanjut adalah makan makanan sehat dan istirahat yang cukup. Namun entahlah apa saya bisa lepas dari minum kopi.
Penutup
Saya pernah nonton tayangan dimana ada dua karakter fiksi berusia 20-30 tahunan yang bilang mereka tak sabar berusia lanjut. Alasan-alasannya adalah mereka bisa mengomeli anak-anak yang berisik, ada ‘izin’ untuk dandan tidak sempurna dan kemakluman untuk bisa tidur lebih awal. Saya sendiri memang ngga suka berisik, ngga mau ribet dandan dan punya cita-cita terpendam tidur lebih awal. Tapi mungkin yang saya visikan di usia lanjut adalah hidup lebih damai.
Bagaimana menurutmu? Bagaimana visimu ketika berusia lanjut atau memang sudah berusia lanjut?
Waaahhh … Merasa tersanjung ini namaku disebut teh Andina. Salam hormat untuk Ibu ya, masyaallah sudah jelang 80 tahun dan sehat lahir batin. Cita-cita banget itu Teh.
Wah…terharu namaku disebut. Iya…bener sih Teh, berkomunitas membantu banget, biar engga merasa sendiri dan punya teman…
Setuju banget. Hidup damai di masa tua itu impian.
Bahasan kita ada relate nya teh. Senior yg saklek. Soal berkomunitas setuju. Melatih skill bersosialisasi juga. Sbg org yg suka di rumah ini jadi tantangan. Pdhl sih sekali ketemu orang betah hehe
Tulisan Mamah Andina yang ini sangat reflektif bagiku.
Menggugah kita untuk memikirkan lebih dalam tentang arti produktivitas, kesehatan, dan hubungan di usia lanjut.
Poin tentang pentingnya tetap belajar, bersilaturahmi, dan berpikiran terbuka; ku setuju banget, sikap open-minded di usia senior bisa jadi koentji hidup damai.